Hari itu tepat tanggal 25 Juni 2012 jam 6 pagi, aku bersama
Ayahku berangkat menuju kota Solo. Oh ya, nama saya Erma, lengkapnya Erma
Yuliana. Umur saya masih belum genap 18 tahun kala itu, baru saja lulus dari
salah satu SMK Negeri di kotaku, Purwodadi. Mencoba mencari peruntungan di kota
Solo. Ini kali kedua aku pergi ke Solo. Sebelumnya hanya sekedar kunjungan
industri saja. Pagi itu aku dan Ayah langsung menuju ke kantor Dinas Tenaga
Kerja kota Solo yang letaknya kalau tidak salah berada di daerah Sri Wedari.
Menemui salah seorang teman Ayah yang ingin membantu mencarikan kerja. Ini
pertama kalinya aku melihat Solo lebih dekat. Tidak jauh beda dengan Semarang
ataupun Jakarta, kota yang sudah tidak asing bagiku. Jalan yang tertib lalu
lintas dan ramai. Namun Solo lebih tampak asri, bersih, teratur, dan tentunya
masyarakat yang cukup ramah dan sopan. Hari itu, aku melanjutkan pejalanan ke
Mojosongo, salah satu kelurahan di selatan Solo. Di sana ada rumah teman Ayah
yang akan kutempati beberapa waktu. Sepanjang jalan, aku biasa saja. Pemandangan
yang sama di setiap kota-kota besar. Sampai di rumah teman Ayah, semua masih
terlihat biasa saja.
Keesokan harinya, aku di antarkan Ayah pergi ke Colo madu
untuk interview, tempatnya cukup jauh dari Mojosongo. Lalu lintas yang juga
cukup padat. Karena alasan yang cukup jauh itulah, akhirnya aku batalkan
bekerja di Colo madu. Sepulang dari Colomadu aku diajak anak teman Ayah untuk
menikmati kota Solo di sore hari. Hari itu, baru aku sadari. Solo begitu
mempesona, dengan keramahtamahan dan kesopanan setiap penduduknya. Tutur bahasa
yang baik dan wajah yang menurutku sangat lembut. Mungkin itu yang di bilang
“putri solo”. Halus perkataannya, sopan tingkah lakunya, bersahaja dan yang
pasti lemah lembut. Semua terlihat mempesona.
Melihat alun-alun utara yang ramai, namun masih sangat
berbudaya. Semua terlihat sama. Modernisasi dan kebudayaan yang mengakar.
Terlihat begitu serasi. Atau ramainya Manahan pada pagi hari, memanjakan hasrat
untuk berbelanja. Atau menikmati Tahu Kupat, Bakso Bakar yang bikin ketagihan.
Di Solo aku benar-benar belajar hidup sendiri, mengelola
keuangan sepintar mungkin. Dan Solo memang benar-benar membantu. Solo sangat
bersahabat bagi orang-orang sepertiku yang hidup pas-pasan. Solo menawarkan
satu hal yang murah namun berkualitas. Makanan contohnya, uang dua ribu sudah
sangat kenyang. Banyak juga toko-toko baju dan perlengkapan lainnya sangat
relatif terjangkau.
Atau bicara tentang Sekaten. Wahana-wahana bermain yang
relatif murah dan seru. Banyak oleh-oleh yang bisa kita beli untuk oleh-oleh. Solo
menawarkan segala hal yang kita mau. Solo begitu bersahabat dengan yang mau
bersahabat pula dengannya.
Comments
Post a Comment