• Posted by : Unknown Monday 25 November 2013



    Hari itu tepat tanggal 25 Juni 2012 jam 6 pagi, aku bersama Ayahku berangkat menuju kota Solo. Oh ya, nama saya Erma, lengkapnya Erma Yuliana. Umur saya masih belum genap 18 tahun kala itu, baru saja lulus dari salah satu SMK Negeri di kotaku, Purwodadi. Mencoba mencari peruntungan di kota Solo. Ini kali kedua aku pergi ke Solo. Sebelumnya hanya sekedar kunjungan industri saja. Pagi itu aku dan Ayah langsung menuju ke kantor Dinas Tenaga Kerja kota Solo yang letaknya kalau tidak salah berada di daerah Sri Wedari. Menemui salah seorang teman Ayah yang ingin membantu mencarikan kerja. Ini pertama kalinya aku melihat Solo lebih dekat. Tidak jauh beda dengan Semarang ataupun Jakarta, kota yang sudah tidak asing bagiku. Jalan yang tertib lalu lintas dan ramai. Namun Solo lebih tampak asri, bersih, teratur, dan tentunya masyarakat yang cukup ramah dan sopan. Hari itu, aku melanjutkan pejalanan ke Mojosongo, salah satu kelurahan di selatan Solo. Di sana ada rumah teman Ayah yang akan kutempati beberapa waktu. Sepanjang jalan, aku biasa saja. Pemandangan yang sama di setiap kota-kota besar. Sampai di rumah teman Ayah, semua masih terlihat biasa saja.
    Keesokan harinya, aku di antarkan Ayah pergi ke Colo madu untuk interview, tempatnya cukup jauh dari Mojosongo. Lalu lintas yang juga cukup padat. Karena alasan yang cukup jauh itulah, akhirnya aku batalkan bekerja di Colo madu. Sepulang dari Colomadu aku diajak anak teman Ayah untuk menikmati kota Solo di sore hari. Hari itu, baru aku sadari. Solo begitu mempesona, dengan keramahtamahan dan kesopanan setiap penduduknya. Tutur bahasa yang baik dan wajah yang menurutku sangat lembut. Mungkin itu yang di bilang “putri solo”. Halus perkataannya, sopan tingkah lakunya, bersahaja dan yang pasti lemah lembut. Semua terlihat mempesona.
    Melihat alun-alun utara yang ramai, namun masih sangat berbudaya. Semua terlihat sama. Modernisasi dan kebudayaan yang mengakar. Terlihat begitu serasi. Atau ramainya Manahan pada pagi hari, memanjakan hasrat untuk berbelanja. Atau menikmati Tahu Kupat, Bakso Bakar yang bikin ketagihan.
    Di Solo aku benar-benar belajar hidup sendiri, mengelola keuangan sepintar mungkin. Dan Solo memang benar-benar membantu. Solo sangat bersahabat bagi orang-orang sepertiku yang hidup pas-pasan. Solo menawarkan satu hal yang murah namun berkualitas. Makanan contohnya, uang dua ribu sudah sangat kenyang. Banyak juga toko-toko baju dan perlengkapan lainnya sangat relatif terjangkau.
    Atau bicara tentang Sekaten. Wahana-wahana bermain yang relatif murah dan seru. Banyak oleh-oleh yang bisa kita beli untuk oleh-oleh. Solo menawarkan segala hal yang kita mau. Solo begitu bersahabat dengan yang mau bersahabat pula dengannya.

    0 comments

  • Copyright © - AM & YOU - AM & YOU - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan